Assalamualaika yah Mama.
Waktu terus berjalan. Hari berganti hari. Malam berganti siang. Detik demi detik yang selalu bergerak konsisten maju ke depan. Waktu yang tidak bisa diubah, tanpa memperdulikan masa yang lampau. Mama, hari ini adalah hari ulang tahunmu. Genap sudah umurmu sekarang Mama. Doa dan harapan selalu dipanjatkan kepada yang Maha Berkuasa, sekiranya, Dia dengan senang hati menerima permintaan kami anak-anak Mama dan orang-orang yang mencintai dan menyayangi Mama.
Mama, Bukan lagi makanan enak ataupun kue ulang tahun yang disiapkan yang diatasnya tertulis "selamat ulang tahun untuk mama" yang menjadi kejutan untukmu, tapi kalimat dari doa kami yang insyaallah akan terus diucapkan dari mulut kami kepada yang Maha Pemberi.
Ya ALLAH, lapangkanlah kubur dari Mama kami. Berikanlah cahayamu ke dalam kuburnya. Sayangi dia ya ALLAH sebagaimana dia menyayangi kami dari kecil hingga kami dewasa. Beri ampun dan kasihanilah dia karena Kaulah Tuhan yang berbelas kasih dan tiada daya dan upayah selain pertolonganmu.
Ya Allah, Jauhkan dia dari azab kubur, siksa kubur dan siksa neraka, Jauhkan dia dari fitnah kubur, lindungilah dia dan maafkanlah dia, muliakanlah tempat kembalinya, bersihkanlah dia dengan air, salju dan air yang sejuk. bersihkanlah dia dari segalah kesalahan, dan gantikanlah rumahnya di dunia dengan rumah yang lebih baik di akhirat serta gantikanlah keluarganya yang lebih baik dari yang ada di dunia. Ya Allah, ya Tuhan kami, masukkanlah dia kedalam jannahmu (surgamu). Kabulkanlah doa kami ini, karena hanya Engkaulah yang mampu mengabulkannya. Engkau Maha dari segalah Maha yang ada. Engkau pemilik langit dan bumi beserta isinya.
Amin...Amin...Amin ya robbal alamin.
Hari ini ulang tahunmu yang ke-61 Mama. Miss u.
(16 Mei 1956 ~ 12 Mei 2017)
Selasa, 16 Mei 2017
Jumat, 12 Mei 2017
Saat itu pun tiba MAMA
Saat itu pun tiba. Tidak bisa dimajukan dan juga tidak bisa diundur walaupun untuk sedetik. Secara tidak
disangka dan tidak dapat diterka. Hal yang tidak ingin aku rasakan saat aku jauh darimu. Hari ini Jum'at, tanggal 12 May 2017 (Nifsu sa’ban) sekitar pukul 03:00 pagi, telah
berpulang kembali ke pangkuan sang Maha Memiliki: “Mama” itulah sapaan akrab
kami sekeluarga kepada beliau. Subuh ini, bersama istri tercinta telah menunaikan
sholat Subhu berjamaah, memunajatkan doa kepada yang Maha Pemberi termasuk
didalamnya doa kepada orang tua, ditutup dengan ucapan amin. Tiba-tiba, handphone
istri berbunyi dan diikuti handphone aku. Pesan masuk, pesan yang membuat badan
ini gemetaran, berita yang membuat badan ini kedinginan “Inalillahi wa inailahi
rojiun”. Mama, kamu telah pergi selama-lamanya.
Lima hari lagi
ulang tahun mu Mama, dan beberapa hari lagi bulan Ramadhan akan datang
mengujungi kita, serta akupun berencana untuk ke Indonesia, berharap untuk bisa
berpuasa didepan Mama, bersama Mama dan berharap bisa sholat Id Fitri dengan Mama.
Masih
terasah sampai detik ini, saat Mama menggendong aku sewaktu aku masih kecil, dan Mama berkata: kamu sudah besar dan berat. Masih juga teringat waktu itu, Mama pergi bekerja
dan pulang membawa permainan yang bisa menutup mata kami saat. Masih
teringat, seringnya kami di beri uang saku walau dalam jumlah yang cukup. Masih juga teringat, saat aku masih duduk di Sekolah Dasar, lari dari rumah, dan ternyata Mama dan orang-orang sekampung nyariin aku dimalam itu (Maaf sudah merepotkan dan membuat khawatir Mama). Masih
teringat, saat kami berempat masih duduk di bangku kuliah dan Mama sering mengirimkan stock makanan terutama cakalang rica-rica. Masih teringat,
saat kamu ajarkan aku membuat sup brenebon yang sangat enak dan resepnya aku tulis di sepucuk kertas
kecil, digantung di dapur, tempat dimana kita sering share tentang banyak hal. Masih terus teringat, saat Mama masak, dan saya ikut nimbrung didapur hanya untuk sekedar bercerita sambil
merasakan/mencicipi masakan Mama yang belum selesai, dan sambil tertawa Mama
bilang: sudah cukup, nanti sudah tidak ada lagi yang bisa dibawa ke meja makan
kalau dicicipin terus. Masih teringat saat aku pertama kali jauh dari Mama
selepas masa SD menuju MTs, dimana saat itu Mama meneteskan airmata, seperti
ingin berucap "nggak usah jauh-jauh sekolahnya" ataupun mungkin ingin berkata "jaga dirimu baik-baik yah di kampung orang". Masih teringat saat kami sakit, dan Mama yang sering mengurus kami semua. Masih teringat juga setiap kali
selesai mengunjungi Indonesia, hati ini selalu menangis ketika melihat saat Mama menangis
melepaskan aku dibandara. Masih sangat teringat saat terakhir kali aku melihat
Mama yang terbaring seperti tidak berdaya di rumah sakit Manado selama beberapa
hari. Masih teringat, saat terakhir aku
pulang ke Manado beberapa bulan yang lalu, saat aku pamit ke Mama, sambil berucap "Ma, pamit dulu, Mama yang kuat yah, Sehat terus yah Ma.." tapi Mama tidak mau membukakan mata untuk menatap aku, padahal Mama mungkin tidak dan belum tidur. Aku tahu dan sadar, Mama hanya
tidak ingin aku sedih. Masih teringat, seringkalinya aku harus ganti tiket penerbangan hanya untuk berharap melihat Mama segera sehat dan pulang ke rumah. Dan masih teringat kata Papa, waktu Papa minta Mama
untuk masuk rumah sakit dan Mama berkata: Nantilah dulu, tunggu Dani pergi
pulang ke Jepang (hanya untuk menutupi sakit yang Mama derita). Itulah, saat pertama dan terakhir kalinya aku melihat langsung Mama dirawat dirumah sakit di Manado (walaupun Mama sempat berobat di Makassar), dan ternyata saat itupun, ucapan perpisahan dan pelukan aku untuk Mama yang terakhir kalinya. Yah, saat itu, Mama sudah tidak bisa mengantar aku ke bandara. Dan ternyata, waktu Mama mengunjungi kami di Okinawa, Japan, Mama pernah menunjukkin tanda sebagai bukti mama mengandung kami berempat (by Aditya:istri). Sungguh,
tidak cukuplah memory di dalam PC ini dan PC manapun, bila harus menuliskan
tentang Mama. Serasa semuanya begitu cepat dan sangat mendadak.
(https://www.youtube.com/watch?v=t0Zv8V0iCDY)
(https://www.youtube.com/watch?v=t0Zv8V0iCDY)
Mama,
hati ini mulai merasakan RINDU, rindu untuk memeluk Mama, rindu tidur disamping
mama sambil pura-pura tidur hanya untuk melihat wajah Mama saat tidur (walaupun terkadang tertangkap basah sama Mama), rindu masakan Mama, rindu senyuman Mama, rindu
nasehat-nasehat mama. "KOSONG" itulah yang mulai menghinggapi hari ini. Mama,
bagaimana Mama disana? Mama, lama sudah Mama menahan sakit ini. Aku lihat seringkali Mama mencoba untuk menyembunyikan sakit.
Mama,
Maafkan si bungsu ini tidak bisa menemani Mama untuk yang terakhir kalinya.
Ingin sekali berada di samping Mama seperti mereka berempat (Papa, Emba,
Icat, Iwan). Ingin sekali terus menatap wajah mama untuk yang terakhir kalinya
secara langsung, tanpa ada batasan jarak. Ingin sekali rasanya membantu
memandikan Mama untuk yang terakhir kalinya. Ingin sekali rasanya mensholatkan Mama secara berjama’ah. Ingin rasanya mengantar Mama ke tempat
istirahat Mama yang terakhir. Ingin rasanya menjadi bagian dari orang-orang
yang mengangkat Mama ke dalam liang lahatmu itu. Tapi, Maaf Mama, Aku
tidak bisa, jarak yang memisahkan kita, aku yang berada terlalu jauh dari
tempat dimana Mama berada. dan sekarangpun kita telah terpisah di alam yang
berbedah.
Mama, Walaupun hati
ini sedih dan menangis tidak bisa berbuat banyak, tapi insyaallah kami IKLAS. Insyaallah, Allah
lebih menyayangi Mama disana. Insyaalah, Doa-doa akan selalu dipanjatkan
untuk Mama disetiap selesai sholatku. Papa, Emba, Icat, Iwan juga menyayangimu.
Terlalu banyak pengorbanan Mama sampai hari-hari terakhir Mama berjuang,
Langganan:
Postingan (Atom)